Minggu, 27 Mei 2012

PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN


  Maulidah Hasanah (101014050)

Pada jaman kemajuan teknologi sekarang ini, sebagian besar manusia dipengaruhi perilakunyaoleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi (teknologi informasi). Banyak orangterbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain dalamkehidupannya, seperti pentingnya membangun relasi dengan orang lain, perlunya melakukanaktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya, dan lain-lain.Seringkali teknologi yang dibuat manusia untuk membantu manusia tidak lagi dikuasai olehmanusia tetapi sebaliknya manusia yang terkuasai oleh kemajuan teknologi. Manusia tidak lagi bebas menumbuhkembangkan dirinya menjadi manusia seutuhnya dengan segala aspeknya.Keberadaan manusia pada zaman ini seringkali diukur dari “to have” (apa saja materi yangdimilikinya) dan “to do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripadakeberadaan pribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Dalam pendidikan perluditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh lebih penting dan tentu tidak  persis sama dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusiatidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yanghumanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusialebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)).Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !”Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikapindividualis. Mereka “gandrung teknologi”, asyik dan terpesona dengan penemuan- penemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek yang serba canggih, sehingga cenderungmelupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehinggamemberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupankebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya jugadikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya.Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang.Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkanketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yangmenekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik darimasyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
 
Dari titik pandang sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang membedakannya denganmakhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya.Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah denganmengembangkan kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam masyarakat itu berbeda-beda.Dalam masalah kebudayaan berlaku pepatah:”Lain ladang lain belalang, lain lubuk lainikannya.” Manusia akan benar-benar menjadi manusia kalau ia hidup dalam budayanya sendiri.Manusia yang seutuhnya antara lain dimengerti sebagai manusia itu sendiri ditambah dengan budaya masyarakat yang melingkupinya.Ki Hajar Dewantara sendiri dengan mengubah namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnyadalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yangmempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dankerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakansebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, barukemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendirimemiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atauSang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan,sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.Manusia merdeka adalah tujuan pendidikan Taman Siswa. Merdeka baik secara fisik, mental dankerohanian. Namun kemerdekaan pribadi ini dibatasi oleh tertib damainya kehidupan bersamadan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi,kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab dan disiplin. Sedangkan maksud pendirian TamanSiswa adalah membangun budayanya sendiri, jalan hidup sendiri dengan mengembangkan rasamerdeka dalam hati setiap orang melalui media pendidikan yang berlandaskan pada aspek-aspek nasional. Landasan filosofisnya adalah nasionalistik dan universalistik. Nasionalistik maksudnyaadalah budaya nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis,maupun spiritual. Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala sesuatumerupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, merdekadari segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam diri (hati)manusia. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip padakekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masinganggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati; pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkandari orang kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaanantara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan; pendidikan hendaknya memperkuatrasa percaya diri, mengembangkan hara diri; setiap orang harus hidup sederhana dan guruhendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya. Peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian
 
merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang yangsesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Yangdimaksud dengan manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh danselaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormatikemanusiaan setiap orang. Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini sangat tepatyaitu “educate the head, the heart, and the hand”.Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar (fasilitator); dalam hubungan (relasi dankomunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah; dan juga relasi dankomunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait); segi administrasisebagai guru; dan sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain:keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu: menjunjung tinggi pekerjaan;menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat.Dalam kaitan dengan ini penting juga performance/penampilan seorang profesional: secara fisik,intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator.Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik.Akhirnya kita perlu menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda.Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian. Semoga!
Theo Riyanto, FIC











Tidak ada komentar:

Posting Komentar