Maulidah Hasanah (101014050)
Pada jaman kemajuan teknologi
sekarang ini, sebagian besar manusia dipengaruhi perilakunyaoleh pesatnya
perkembangan dan kecanggihan teknologi (teknologi informasi). Banyak
orangterbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain
dalamkehidupannya, seperti pentingnya membangun relasi dengan orang lain,
perlunya melakukanaktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai
sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya, dan
lain-lain.Seringkali teknologi yang dibuat manusia untuk membantu manusia tidak
lagi dikuasai olehmanusia tetapi sebaliknya manusia yang terkuasai oleh
kemajuan teknologi. Manusia tidak lagi bebas menumbuhkembangkan dirinya
menjadi manusia seutuhnya dengan segala aspeknya.Keberadaan manusia pada zaman
ini seringkali diukur dari “to have” (apa saja materi yangdimilikinya) dan “to
do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya)
daripadakeberadaan pribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Dalam
pendidikan perluditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh
lebih penting dan tentu tidak persis sama dengan apa yang menjadi
miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusiatidak sekedar pemilik
kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yanghumanis
menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu
manusialebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang
(menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa
(afektif), dan daya karsa (konatif)).Singkatnya, “educate the head, the heart,
and the hand !”Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi,
manusia makin bersikapindividualis. Mereka “gandrung teknologi”, asyik dan
terpesona dengan penemuan- penemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek
yang serba canggih, sehingga cenderungmelupakan kesejahteraan dirinya sendiri
sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya.
Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki
sehinggamemberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau
kehidupankebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran
hendaknya jugadikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu
ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.Ki Hajar Dewantara, pendidik
asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya.
Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya.Pengembangan
manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang.Pengembangan
yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkanketidakutuhan
perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yangmenekankan
pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik
darimasyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan
pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah
rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang
humanis atau manusiawi.
Dari titik pandang
sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang membedakannya denganmakhluk lain
adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak
berbudaya.Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih
manusiawi adalah denganmengembangkan kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam
masyarakat itu berbeda-beda.Dalam masalah kebudayaan berlaku pepatah:”Lain
ladang lain belalang, lain lubuk lainikannya.” Manusia akan benar-benar menjadi
manusia kalau ia hidup dalam budayanya sendiri.Manusia yang seutuhnya antara
lain dimengerti sebagai manusia itu sendiri ditambah dengan budaya
masyarakat yang melingkupinya.Ki Hajar Dewantara sendiri dengan mengubah
namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnyadalam melaksanakan pendidikan yaitu
dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang
berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria,
yangmempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara.
Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu
dalam kepribadian dankerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi
pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa
dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakansebagai pendidik pertama-tama
adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, barukemudian sebagai
fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara
sendirimemiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran,
keutamaan. Pendidik atauSang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di
bidang keagamaan dan keimanan,sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia,
mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan
perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga,
yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.Manusia merdeka
adalah tujuan pendidikan Taman Siswa. Merdeka baik secara fisik, mental
dankerohanian. Namun kemerdekaan pribadi ini dibatasi oleh tertib damainya
kehidupan bersamadan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan,
kekeluargaan, musyawarah, toleransi,kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab dan
disiplin. Sedangkan maksud pendirian TamanSiswa adalah membangun budayanya
sendiri, jalan hidup sendiri dengan mengembangkan rasamerdeka dalam hati setiap
orang melalui media pendidikan yang berlandaskan pada
aspek-aspek nasional. Landasan filosofisnya adalah nasionalistik dan
universalistik. Nasionalistik maksudnyaadalah budaya nasional, bangsa yang
merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis,maupun spiritual.
Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala
sesuatumerupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah
kemerdekaan, merdekadari segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan
kedamaian tumbuh dalam diri (hati)manusia. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia
pendidikan adalah suasana yang berprinsip padakekeluargaan, kebaikan hati,
empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masinganggotanya. Maka hak
setiap individu hendaknya dihormati; pendidikan hendaknya membantu peserta
didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan
hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkandari
orang kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi
perbedaanantara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan; pendidikan
hendaknya memperkuatrasa percaya diri, mengembangkan hara diri; setiap orang
harus hidup sederhana dan guruhendaknya rela mengorbankan
kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya.
Peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian
merdeka, sehat fisik, sehat mental,
cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas
kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang yangsesuai dengan
sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran
dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and
dedication based on love). Yangdimaksud dengan manusia merdeka adalah seseorang
yang mampu berkembang secara utuh danselaras dari segala aspek kemanusiaannya
dan yang mampu menghargai dan menghormatikemanusiaan setiap orang. Oleh karena
itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini sangat tepatyaitu “educate the head,
the heart, and the hand”.Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar
(fasilitator); dalam hubungan (relasi dankomunikasi) dengan peserta didik dan
anggota komunitas sekolah; dan juga relasi dankomunikasinya dengan pihak lain
(orang tua, komite sekolah, pihak terkait); segi administrasisebagai guru; dan
sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara
lain:keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti
perkembangan zaman. Maka penting pula membangun suatu etos kerja yang
positif yaitu: menjunjung tinggi pekerjaan;menjaga harga diri dalam
melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat.Dalam kaitan
dengan ini penting juga performance/penampilan seorang profesional: secara
fisik,intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta
mampu menjadi motivator.Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang
profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap
peserta didik.Akhirnya kita perlu menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah
memanusiakan manusia muda.Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi
yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang
bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur
dan berkeahlian. Semoga!
Theo Riyanto, FIC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar